Sukhoi SU 35 Semakin Tampak Di Depan Mata TNI AU
Kementerian Pertahanan (Kemhan) berencana mengganti pesawat tempur F-5 Tiger TNI AU yang sudah harus pensiun, dengan pesawat tempur baru yang jauh lebih canggih. Tak tanggung-tanggung, muncul usulan untuk menggantinya dengan pesawat tempur Su-35BM (Flanker-E) dari Rusia.
<Sukhoi SU 35>
"Ada beberapa usulan pesawat tempur yang saat ini masih dikaji untuk memilih yang paling tepat. Apakah pesawat tempur dari Rusia, Amerika, Eropa atau dari negara lain," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro usai Rapim Kementerian Pertahanan yang dihadiri Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa, 7 Januari 2014. Menurut Menhan, ada sekitar 5-6 usulan pengganti pesawat tempur TNI AU yang sudah berusia 30 tahun tersebut. Namun, dirinya meminta agar dilakukan pembobotan dan ditambah spesifikasi teknis, sehingga ditemukan pesawat yang tepat untuk menggantikan F-5 Tiger.
<f-5 Tiger TN AU yang akan pensiun>
Menhan berharap agar keputusan untuk memilih pesawat tempur pengganti itu segera diputuskan agar pada Rencana Strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembelian sehingga datang tepat pada waktunya. "Saya berharap pesawat tempur yang canggih tersebut mampu membawa peluru kendali jarak jauh," katanya. Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, TNI AU telah membuat kajian untuk pengganti pesawat tempur F-5 Tiger, seperti Sukhoi Su-35, F-15, F-16 dan pesawat tempur buatan Swedia (Saab Gripen).
Pesawat tempur Su-35 adalah pesawat kelas berat generasi 4++. Sebagian teknologinya sudah menggunakan teknologi pesawat generasi ke-5. Soal embel-embel BM pada salah satu varian Su-35, itu hanyalah sebutan dari media-media yang berarti "Big Modernization" karena terdapat upgrade avionik dan modifikasi airframe pada varian ini. Pihak KnAAPO (Sukhoi) sendiri tidak memberikan nama resmi untuk Su-35BM. Selain pesawat tempur buatan Rusia, Panglima TNI juga tengah mengincar pesawat tempur buatan Amerika Serikat, yakni F-16. "Ada beberapa pilihan, apakah kita ke depannya akan ambil Sukhoi-35 atau apakah F-16 dan generasi terbarunya. Kalau kami punya keinginan Insya Allah pasti bisa," kata Panglima TNI.
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko pun mengaku sudah berdiskusi langsung dengan Menhan Purnomo Yusgiantoro. Menurutnya, Menhan pun setuju upaya menambah kekuatan tempur TNI AU. "Tapi ini baru tahap diskusi. Kalau maunya Panglima sih iya (menambah Sukhoi)," kata Panglima TNI. "Kajian itu sedang kami pelajari, tergantung dari kemampuan keuangan negara," katanya.
Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menambahkan, TNI AU menginginkan satu skuadron (16 unit) dalam pengajuan pengganti pesawat tempur F-5 Tiger. "Kami ikuti renstra yang ada. Selanjutnya kami masih revisi sesuai arahan Panglima TNI dan Kemhan sesuai kemampuan negara untuk membuat masterlist," katanya. KSAU mengatakan, setiap Renstra itu ada pergantian pesawat yang tak layak, sehingga dilakukan modernisasi sesuai perkembangan teknologi. Tahun ini, TNI AU akan menerima belasan pesawat baru dan bekas berbagai jenis, baik itu pesawat tempur jet, pesawat tempur baling-baling, dan pesawat angkut. Dari jajaran pesawat tempur jet adalah F-16 dari Amerika Serikat. Sebelum bulan Oktober 2014 TNI AU bakal menerima 8 dari 24 unit pesawat F-16 hibah yang diperbaiki lagi sistem avioniknya. Sesuai rencana pesawat F-16 akan ditempatkan di Skadron 16, Pekanbaru, Riau.
<f 16 block 52>
Saat ini TNI AU baru memiliki satu skuadron atau 16 unit Pesawat tempur Sukhoi yang terdiri dari Sukhoi SU-27 dan dan SU-30 yang bermarkas Lanud Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan. TNI AU juga menerima secara bertahap pesawat tempur bermesin jet T-50 Golden Eaglebuatan Korea Selatan. Dari satu skuadron atau 16 unit pesawat yang dipesan baru delapan unit yang diterima Indonesia. Pesawat ini lah yang bakal digunakan untuk melatih pilot-pilot tempur TNI AU menggantikan pesawat Hawk 100/200.
Tambahan Kapal Selam dari Rusia
Sementara itu, selain pesawat tempur, Panglima TNI Jenderal Moeldoko berencana mengirim tim ke Rusia pada akhir bulan ini. Tim ini ditugaskan menemani perwakilan Kemhan guna membicarakan kemungkinan pembelian kapal selam Kelas Kilo buatan Negeri Beruang Merah tersebut. "Kami akan lihat dan dalami dua pilihan," kata Panglima TNI. Dua pilihan tersebut adalah kemungkinan membeli kapal selam Kelas Kilo produksi baru atau membeli bekas dengan skema hibah. Meski begitu, Panglima TNI tetap berharap pemerintah bisa membeli kapal selam Kelas Kilo produksi baru. "Mudah-mudahan saja, kalau kondisi anggaran pemerintah bagus," kata dia. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr Marsetio sebelumnya pernah menyebut ketertarikannya memboyong kapal selam jenis Kelas Kilo dan Kelas Amur buatan Rusia. Namun, pihaknya belum bisa menentukan kapal selam mana yang bakal diboyong ke Tanah Air.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.